KATA
PENGANTAR
Puji
syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “PARADIGMA
KEPEMIMPINAN DI INDONESIA NEGARA BERDASARKAN PANCASILA”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan karena adanya bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, izinkanlah penulis menyampaikan ucapak terima kasih kepada
Bapak H. Suko prayitno, SH, MH selaku dosen mata kulian Pendidikan Pancasila , dan kepada
Eko Saputro, Syifa Urrohmah, Faisal, Muhammad Naji, Saiful Bahri Ritonga, serta
Amanda Zelfia selaku rekan penulis yang telah memberikan bantuan baik berupa
ide, waktu maupun tenaganya demi untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran pada semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta, April 2013
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR........................................................2
DAFTAR ISI......................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang...............................................................4
B. Rumusan
Masalah..........................................................4
C.
Tujuan.............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kepemimpina………………………………6
B. Teori Kepemimp……….……………………………….7
C. Tipe dan Gaya
Kepemimpinan…………..……………..8
D. Negara Pancasila…………………..…………………...9
E. Paham Theokrasi…………………………………..…..10
1.
Theokrasi Langsun….……………………..................10
2.
Theokrasi Tidak Langsung……………………….......10
F. Kepemimpinan Indonesia……………………...………12
1.
Kepemimpinan Pancasila….……………....................12
2.
Kepemimpinan Pembangunan...…………...................12
G. Nilai-nilai yang Harus dijadikan Pedoman Bagi
Seorang Pemimpin…….14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………….....15
B. Saran-saran………………………………………………………………..15
DAFTAR PUSAKA………………………………………………………….16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara
ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang
lebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya
literatur yang mengkaji tentang kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang atau
perspektifnya. Kepemimpinan tidak hanya dilihat dari bak saja, akan tetapi
dapat dilihat dari penyiapan sesuatu secara berencana dan dapat melatih
calon-calon pemimpin.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana pengertian kepemimpinan itu?
- Apa saja teori-teori kepemimpinan itu?
- Bagaimana tipe dan gaya kepemimpinan?
- Apa yang dimaksud dengan negara pancasila ?
- Apa yang dimaksud paham theokrasi ?
- Bagaimana kepemimpinan di Indonesia ?
- Nilai-nilai apakah yang harus dijadikan sumber pedoman bagi seorang pemimpin?
C. Tujuan Penulisan
Ada 2 tujuan dalam penulisan makalah
ini, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas pancasila.
Tujuan khusus dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut :
- Untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang pengertian kepemimpinan
- Untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang teori-teori kepemimpinan
- Untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang tipe dan gaya kepemimpinan
- Untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang negara pancasila
- Untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang paham theokrasi
- Untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang kepemimpinan Indonesia
- Untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang nilai-nilai yang harus dijadikan pedoman bagi para pemimpin
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kepemimpinan
Sejarah
timbulnya kepemimpinan, sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling
melindungi telah muncul bersama-sama dengan peradapan manusia. Kerjasama
tersebut muncul pada tata kehidupan sosial masyarakat atau kelompok-kelompok
manusia dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya menentang kebuasan binatang
dan menghadapi alam sekitarnya. Berangkat dari
kebutuhan bersama tersebut, terjadi kerjasama antar manusia dan mulai
unsur-unsur kepemimpinan. Orang yang ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok
tersebut ialah orang-orang yang paling kuat dan pemberani, sehingga ada aturan
yang disepakati secara bersama-sama misalnya seorang pemimpin harus lahir dari
keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet, pandai, mempunyai pengaruh dan
lain-lain. Hingga sampai sekarang seorang pemimpin harus memiliki syarat-syarat
yang tidak ringan, karena pemimpin sebagai ujung tombak kelompok.
Kepemimpinan
atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab
prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi
kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak definisi kepemimpinan yang
dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing,
definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.1
Definisi
Kepemimpinan menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) adalah kegiatan
atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada
kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok. Kepemimpinan menurut Young (dalam
Kartono, 2003) lebih terarah dan terperinci dari definisi sebelumnya.
Menurutnya kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan
pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu
yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang
tepat bagi situasi yang khusus.2
Dalam teori
kepribadian menurut Moejiono (2002) memandang bahwa kepemimpinan tersebut
sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki
kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para
ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang
kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung
dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin
(Moejiono, 2002).
B. Teori Kepemimpinan
Memahami
teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif
serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam
makalah ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang
pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :
1. Teori Kepemimpinan Sifat (Trait
Theory)
Analisis
ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu
sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang
beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori
ini dikenal “The Greatma Theory”. Dalam perkembangannya, teori ini mendapat
pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa
sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat
dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain: sifat
fisik, mental dan kepribadian.
2. Teori Kepemimpinan Perilaku dan
Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecenderungan kearah 2 hal, yaitu:
Pertama yang disebut dengan
Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan
akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela
bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan
bawahan.
Kedua disebut Struktur Inisiasi
yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan.
Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas,
kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi,
berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang
pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil
yang tinggi pula.
3. Teori kewibawaan pemimpin
Kewibawaan
merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh pemimpin.
4. Teori kepemimpinan situasi
Seorang
pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat
fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
5. Teori kelompok
Agar
tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif
antara pemimpin dengan pengikutnya.2
Kartini Kartono menjelaskan bahwa tipe kepemimpinan terbagi
atas:4
1.
Tipe Kharismatik
Tipe ini mempunyai daya tarik dan
pembawaan yang luar biasa, sehingga mereka mempunyai pengikut yang jumlahnya
besar. Kesetiaan dan kepatuhan pengikutnya
timbul dari kepercayaan terhadap pemimpin itu. Pemimpin dianggap
mempunyai kemampuan yang diperoleh dari kekuatan
Yang Maha Kuasa.
2. Tipe Paternalistik
Tipe Kepemimpinan dengan sifat-sifat
antara lain;
a. Menganggap bawahannya belum
dewasa
b. bersikap terlalu melindungi
c. Jarang memberi kesempatan bawahan
untuk mengambil keputusan
d. Selalu bersikap maha tahu dan
maha benar.
3. Tipe Otoriter
Pemimpin tipe otoriter mempunyai
sifat sebagai berikut:
a. Pemimipin organisasi sebagai
miliknnya
b. Pemimpin bertindak sebagai
dictator
c. Cara menggerakkan bawahan dengan
paksaan dan ancaman.
4. Tipe Militeristik
Dalam tipe ini pemimpin mempunyai
siafat sifat:
a. menuntut kedisiplinan yang keras
dan kaku
b. lebih banyak menggunakan system
perintah
c. menghendaki keputusan mutlak dari
bawahan
d. Formalitas yang berlebih-lebihan
e. Tidak menerima saran dan kritik
dari bawahan
f. Sifat komunikasi hanya sepihak
5. Tipe Demokrasi
Tipe demokrasi mengutamkan masalah
kerja sama sehingga terdapat koordinasi pekerjaan dari semua bawahan.
Kepemimpinan demokrasi menghadapi potensi sikap individu, mau mendengarkan
saran dan kritik yang sifatnya membangun. Jadi pemimpin menitik beratkan pada
aktifitas setiap anggota kelompok, sehingga semua unsure organisasi dilibatkan
dalam akatifitas, yang dimulai penentuan tujuan, pembuatan rencana keputusan,
disiplin.4
D. NEGARA
PANCASILA
Sesuai
dengan makna negara kebangsaan indonesia yang berdasarkan pancasila adalah
kesatuan integral dalam kehidupan bangsa dan negara, maka memiliki sifat
kebersamaan, kekeluargaan serta religiusitas. Dalam pengertian inilah maka
negara pancasila pada hakikatnya adalah negara kebangsaan yang berketuhanan
yang maha esa.
Rumusan
ketuhanan yang maha esa sebagai mana terdapat dalam pembukaan UUD 1945, telah
memberikan sifat yang khas kepada negara kebangsaan indonesia, yaitu bukan merupakan
negara sekuler yang memisahkan antara agama dengan negara demikian juga bukan
merupakan negara agama yaitu negara yang mendasarkan atas negara agama
tertentu.
Negara
tidak memaksa dan tidak memaksakan agama karena agama adalah merupakan suatu
keyakinan batin yang tercermin dalam hati sanubari dan tidak dapat di paksakan.
Kebebasan beragama dan kebebasan agama adalah merupakan hak asasi manusia yang
paling mutlak, karena langsung bersumber pada martabat manusia yang
berkedudukan sebagai mahluk pribadi dan mahluk ciptaan tuhan yang maha esa.
Oleh karena itu agama bukan pemberian negara atau golongan tetapi hak beragama
dan kebebasan beragama merupakan pilihan pribadi manusia dan tanggung jawab
pribadinya.
Hubungan negara dengan
agama menurut negara pancasila adalah sebagai berikut:
a. negara adalah berdasar
atas ketuhanan yang maha esa.
b. bangsa indonesia adalah
sebagai bangsa yang berketuhanan yang maha esa.
c. tidak ada tempat bagi
atheisme dan sekulerisme karena hakekatnya manusia berkedudukan kodrat sebagai
mahluk tuhan.
d. tidak ada tempat
pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk agama serta antar
pemeluk agama.
e. tidak ada tempat bagi
pemaksaan agama karena ketaqwaan itu bukan hasil paksaan siapapun juga.
f. oleh karena itu harus
memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dan negara.
g. segala aspek dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai-nilai
ketuhanan yang maha esa terutama norma-norma hukum positif maupun norma moral
baik moral negara maupun moral para penyelenggara negara.
h. negara pada hakikatnya
adalah merupakan”……berkat rahmat Allah yang maha esa.5
E. PAHAM THEOKRASI
Menurut
paham theokrasi hubungan negara dengan agama merupakan hubungan yang tidak
dapat di pisahkan karena negara menyatu dengan agama dan pemerintahan
dijalankan berdasarkan firman-firman tuhan. Dengan demikian agama menguasai
masyarakat politis.6
Dalam
praktik kenegaraan, terdapat du macam pengertian negara theokrasi yaitu
theokrasi langsung dan negara theokrasi tidak langsung.
a.
Theokrasi langsung
Dalam
sistem negara theokrasi langsung kekuasaan adalah langsung merupakan otoritas
tuhan. Adanya negara di dunia ini adalah atas kehendak tuhan dan yang
memerintah adalah tuhan. Dalam sejarah perang dunia II, rakyat jepang rela mati
berperang demi kaisarnya, karena menurut kepercayaanya kaisar adalah sebagai
anak tuhan. Negara tibet dimana pernah terjadi perebutan kekuasaan antara
pancen lama dan dalai lama adalah sebagai penjelmaan otoritas tuhan dalam
negara dunia.
b.
Theokrasi tidak
langsung
Negara
theokrasi tidak langsung bukan tuhan sendiri yang memerintah dalam negara,
melainkan kepala negara atau raja, yang memiliki otoritas atas nama tuhan.
Kepala negara atau raja memerintah atas kehendak tuhan, sehingga kekuasaan
dalam negara merupakan suatu karunia dari tuhan.
Dari
uraian tersebut jelaslah bahwa negara pancasila adalah negara yang melindingi
seluruh agama di seluruh wilayah tumpah darah. Sebagaimana tersebut dalam pasal
29 ayat(2) UUD 1945 memberikan kebebasan kepada seluruh warga negara untuk
memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan ketaqwaan
masing-masing. Negara kebangsaan yang berketuhanan yang maha esa adalah negara
yang merupakan penjelmaan dari hakikat kodrat manusia sebagai individu mahluk,
sosial dan manusia adalah pribadi dan mahluk adalah tuhan yang maha esa.
Pancasila merupakan dasar
negara Republik Indonesia. Pancasila mengandung nilai moral yang positif bagi
bangsa. Mulai dari sila pertama sampai kelima sangat jelas menggambarkan moral
luhur bagi suatu negara yang menganutnya.
Bangsa Indonesia membutuhkan
pemimpin yang berkepribadian Indonesia, yaitu berlandaskan pada nilai luhur
Pancasila. Ciri utama dari kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kapemimpinan
yang selalu bersumber dan berlandaskan pada nilai luhur dan norma Pancasila
dalam segala tindak tanduknya, dengan ditunjukkan dengan sikap yang menekan
kepentingan pribadi dan menjunjung kepentingan umat.
Karakteristik
yang harus dimiliki dan yang dapat mencerminkan kepemimpinan Pancasila.
1.
Bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi ciri seorang pemimpin Pancasila.
Kesadaran beragama dan keimanan, akan menjadikan orang tidak merasa lebih
tinggi dari orang lain, sehingga akan timbul rasa kasih sayang dan rasa
persaudaraan terhadap sesama. Keimanan terhadap agamapun membuat orang akan
selalu berbuat adil, benar, jujur, sabar dan rendah hati.
2.
memberikan teladan/
contoh yang baik kepada bawahan. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berani
berjalan di depan, dengan keberanian dan tekad yang tinggi seorang pemimpin
berani untuk bekerja lebih daripada bawahannya yang dapat menjadi panutan .
3.
membangun motivasi dan kemauan. Pemimpin
mempunyai peran untuk tetap memberikan dorongan kepada bawahannya sebagai
penyemangat dalam kinerjanya. Disini pemimpin juga harus bisa berada di
tengah-tengah, maksudnya pemimpin harus bisa berjalan dan berjuang bersama
dengan bawahan demi mencapai tujuan bersama, tidak sekedar memerintahkan saja
tanpa tahu bagaimana kondisi di lapangan sebenarnya.
4.
Memberikan kekuatan merupakan
karakteristik yang keempat dari seorang pemimpin Pancasila. Maksudnya yaitu
seorang pemimpin harus memberikan kesempatan kepada bawahan untuk bisa mandiri
dalam berkarya dan berkreasi dalam kinerjanya. Ini bukan berarti seorang
pemimpin hanya tumpang kaki saja, tapi tetap mengawasi dari belakang
terhadap kinerja bawahan dan sesekali memberikan arahan jika diperlukan.
5.
waspada dan berkuasa. Pemimpin harus
mempunyai ketajaman penglihatan dan bisa meramalkan masa depan, sehingga
nantinya dapat mempengaruhi segala tindakan dan keputusan yang diambil.
Pemimpin juga harus dapat berkuasa dalam membina, mengarahkan dan mengawasi
bawahannya.
6.
mempunyai
sifat-sifat terpuji. Murah hati, dermawan, mulia, murni dan baik hati
merupakan cerminan akhlak dari seorang pemimpin Pancasila yang menjunjung
tinggi nilai dan norma luhur dari Pancasila.
7.
Bersifat sederhana , Pemimpin harus
bersifat sederhana, terus terang, blak-blakan, tulus, lurus, ikhlas, benar,
mustakim dan toleran. Dengan semua sifat tersebut dapat mencerminkan seorang
pemimpin yang tidak berlebih-lebihan baik dalam gaya hidup atau hal lainnya,
dan juga akan terhindar dari sifat tamak.
8.
setia. Pemimpin Pancasila selalu setia
dengan apa yang keluar dari mulutnya. Banyak bukti daripada janji yang tersebar
dimana-mana.
9.
hemat,
cermat dan hati-hati. Pemimpin Pancasila selalu hemat dalam arti
efektif dan efisien dalam kinerjanya, selalu berbuat yang benar dan tepat,
tidak membuang waktu, tenaga dan pikiran untuk hal yang kurang penting. Dalam
segala tindakannya pun pemimpin selalu mencermati terlebih dahulu
kebermanfaatannya dan dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan segala
resiko yang akan ditimbulkannya.
10. terbuka
atau komunikatif. Pemimpin pancasila harus bersifat terbuka, baik itu
terbuka dalam konteks menerima semua gagasan, ide dan pendapat dari bawahan,
ataupun terbuka dalam menginformasikan segala aspek yang berkaitan dengan
bawahannya. Semua ini akan menciptakan suasana kerja yang kondusif, dan dapat
menciptakan komunikasi dua arah.
11. legawa
(rela, tulus dan ikhlas). Pemimpin Pancasila akan selalu bersifat
legawa dalam menyikapi suatu hal. Selalu memaafkan kepada pihak yang bersalah
dan tidak menyimpan rasa dendam sedikitpun. Sifat ini akan menghindarkan
pemimpin dari terancamnya mempunyai konflik yang berkepanjangan dengan orang
lain
Setelah kita mengetahui
karakteristik seorang Pemimpin Pancasila di atas, secara singkat menokohkan
figur pemimpin sebagai Kesatria Sejati, betapa beratnya tugas dan
peran seorang pemimpin. Tanggungjawabnya pun betapa berat terhadap hidup
sesama, masyarakat umum dan terhadap nusa serta bangsa. Jika seluruh tugas dan
peran seorang pemimpin dapat dijalankan dengan optimal, maka akan membuahkan
hasil yang optimal pula terhadap hasil kepemimpinannya.7
Jika seorang pemimpin
mempunyai karakteristik seperti yang telah dijelaskan, maka kebutuhan bangsa
Indonesia untuk mempunyai seorang pemimpin yang berlandaskan Pancasila akan
terwujud. Hal ini akan berimplikasi pada Negara Indonesia untuk menjadi bangsa
yang berkepribadian Pancasila dan menjadi cerminan Pancasila sebagai Dasar
Negara.
F. Kepemimpinan Indonesia
1. Kepemimpinan Pancasila
Dalam rangka menjalankan tugas
kewajibannya seorang pemimpin harus dapat menjaga kewibawaannya. Lebih-lebih
dalam kemerdekaan dan pembangunan. Berhasilnya pembangunan nasional tergantung
peran aktif rakyat Indonesia, dengan sikap mental, tekad semangat, ketaatan dan
disiplin nasional dalam menjalankan tugas kewajibannya. Dengan demikian perlu
dikembangkan motivasi membangun dikalangan masyarakat luas dan motivasi
pengorbanan pengabdian pada unsur kepemimpinannya. Norma-norma yang tercakup
dalam Pancasila itu.8
sekaligus merupakan sistem nilai
yang harus dihayati dan diamalkan oleh setiap warga Negara, khususnya para
pemimpin. Kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kepemimpinan yang selalu
menggambarkan nilai-nilai dan norma-norma Pancasila.
Sumber-sumber kepemimpinan
Pancasila:
a. Nilai-nilai positif dan modernisme
b. Refleksi hakekat hidup dan tujuan
hidup bangsa pada era
pembangunan dan zaman modern.
c. Intisari warisan pusaka berupa
nilai-nilai dan norma-norma
kepemimpinan yang ditulis para nenek moyang, pujangga, raja.
7.Poespowardojo, S. 1994. Filsafat
Pancasila. Sebuah Pendekatan Sosio Budaya. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. 227p.
Ada beberapa azas kepemimpinan Pancasila yang digali dari nilai-nilai
Ada beberapa azas kepemimpinan Pancasila yang digali dari nilai-nilai
kepemimpinan Indonesia:
a. Ing ngarsa sung tulada
b. Ing madya mangun karsa
c. Tut wuri Handayani
d. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
e. Waspada purwa wasesa
f. Ambeg para marta
g. Prasaja
h. Satya
i. Gemi nastiti
j. Blaka
k. Legawa
2. Kepemimpinan Pembangunan
Dalam pembangunan nasional pada
hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan membangun seluruh rakyat
Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hakekat pembangunan adalah
rangkaian upaya pembangunan dan perubahan yang dilangsungkan secara sadar,
sengaja, berencana yang menuju kepada
modernitas dan taraf hidup yang lebih tinggi. Untuk mewujudkan pembangunan
tersebut diperlukan tipe kepimimpinan yang mampu mengelola pembangunan yaitu
tipe kepemimpinan “Administrator dan Sosio teknokrat”. Pemimpin Administrator
pembangunan bertugas untuk melakukan rentetan usaha bersama dengan rakyat untuk
mengadakan perbaikan, peningkatan tata
kehidupan dan sarana kehidupan sosial demi pencapaian kesejahteraan
manusia, kebaikan serta keadilan yang merata. Sosio teknokrat adalah seorang
yang bertugas mengelola aspek-aspek teknik administratif dan mahir membimbing
dan membangun manusianya
G. NILAI-NILAI YANG
HARUS DIJADIKAN SUMBER PEDOMAN BAGI PEMIMPIN
Nilai Moral Pancasila Sebagai Sumber Kepemimpinan :
- Sila I :
- Iman dan taqwa
- Saling menghormati
- Kebebasan ibadah
2. Sila
II :
- Hak-hak dan kewajiban Azasi
- Toleransi dan kemanusiaan
- Kerjasama
3. Sila
III :
- Patriotisme, Nasionalisme
- Persatuan, Kesatuan
- Bhinneka Tunggal Ika
4. Sila
IV :
- Musyawarah, Mufakat
- Melaksanakan Putusan
5. Sila
V :
- Gotong royong, familier, damai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi
orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan
atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan
oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai
tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Seorang pemimpin yang baik harus memiliki
integritas (kepribadian), intelektual (pengetahuan), intelegensi (spiritual),
skill atau kemampuan/keahlian, memiliki power atau dapat mempengaruhi orang
lain, mau belajar, mendengar dan siap dikritik. Apabila ketujuh isi dari
esensi/hakikat kepemimpinan tersebut telah dimiliki oleh seorang pemimpin maka
pemimpin tersebut akan arif dan bijaksana.
B. Saran
Mengingat keterbatasan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh penulis, maka untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih mendasar lagi, disarankan kepada pembaca untuk membaca
literatur-literatur yang telah dilampirkan pada daftar rujukan.
DAFTAR PUSTAKA
2010. "Pengertian
kepemimpinan menurut para ahli". (Online).
(Http://Izmanyzz.wordpress.com/2010/09/04/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli,
diakses 11 November 2011).
2011. "Hakekat dan
Teori Kepemimpinan". (Online). (Http://duniabaca.com/hakekat
-dan-teori-kepemimpinan.html, diakses 11 November 2011).
Aynul. 2009.
"Leadership: Definisi Pemimpin". (Online).
(Http://referensi-kepemimpinan.blogspot.com/2009/03/definisi-pemimpin.html,
diakses 11 November 2011).
Mujiono, Imam. 2002. Kepemimpinan
dan Keorganisasian. Yogyakarta:
UII Press.
Teguh, Mochammad, dkk. 2001. Latihan
Kepemimpinan Islam Tingkat Dasar [LKID].
Yogyakarta: UII Press
Achmad muchi, Drs., H.MM., dan
rekan, 2007. Seri diktat
kuliah pendidikan pancasila.hal 42-47. Jakarta: Universitas
Gunadarma
Poespowardojo,
S. 1994. Filsafat Pancasila. Sebuah Pendekatan Sosio
Budaya. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 227p.
CATATAN :
1. 2010. "Pengertian kepemimpinan menurut para ahli". (Online). (Http://Izmanyzz.wordpress.com/2010/09/04/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli, diakses 11 November 2011).
2. Aynul. 2009. "Leadership: Definisi Pemimpin". (Online). (Http://referensi-kepemimpinan.blogspot.com/2009/03/definisi-pemimpin.html, diakses 11 November 2011).
3. 2011. "Hakekat dan Teori Kepemimpinan". (Online). (Http://duniabaca.com/hakekat -dan-teori-kepemimpinan.html, diakses 11 November 2011).
4. Mujiono, Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. Yogyakarta: UII Press.
5. Achmad muchi, Drs., H.MM., dan rekan, 2007. Seri diktat kuliah pendidikan pancasila.hal 42-47. Jakarta: Universitas Gunadarma
6. http://obrolanpolitik.blogspot.com/2013/03/krisis-kepemimpinan-dalam-organisasi.html
8.http://fachrialwinttgrf.blogspot.com/2012/11/pengertian-kepemimpinan.html3. 2011. "Hakekat dan Teori Kepemimpinan". (Online). (Http://duniabaca.com/hakekat -dan-teori-kepemimpinan.html, diakses 11 November 2011).
4. Mujiono, Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. Yogyakarta: UII Press.
5. Achmad muchi, Drs., H.MM., dan rekan, 2007. Seri diktat kuliah pendidikan pancasila.hal 42-47. Jakarta: Universitas Gunadarma
6. http://obrolanpolitik.blogspot.com/2013/03/krisis-kepemimpinan-dalam-organisasi.html
9.Teguh, Mochammad, dkk. 2001. Latihan Kepemimpinan Islam Tingkat Dasar [LKID]. Yogyakarta: UII Press
No comments:
Post a Comment